Selasa, 29 Januari 2013

Steve Vai (Gitaris No.1 Dunia)


Steve Vai (lahir: Carle Place, New York, 6 Juni 1960) adalah gitaris, penulis lagu, penyanyi dan produser yang berasal dari Amerika Serikat.
  • Group Band Saat Ini: Steve Vai
  • Group Band Sebelumnya: Hot Chocolate, The Ohio Express, Circus, Rayge, Bold As Love, Axis, Morning Thunder, Frank Zappa, The Out Band, The Classified, 777, Alcatrazz, David Lee Roth, Whitesnake
  • Pengaruh: Joe Satriani, Frank Zappa
  • Gitar: Ibanez Universe, Ibanez JEM
Permainannya mulai dari blues, jazz, rock sampai klasik dan ethnic music. Permainan gitarnya pun tidak terbatas pada komunitas gitar saja tetapi juga bagi orang-orang awam yang tidak mendalami gitar.
Pada umur 6 tahun, Steve mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan sejak saat itu lahirlah seorang dewa gitar yang baru.
Steve Vai mengawali kariernya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984. Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and Warfare. Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda. Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima Steve Fire Garden dirilis.
Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan gitarnya. Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun 2001 Alive in an Ultra World pun dirilis.
Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan Merry Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny Wayne Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam G3.
Belakangan ini Steve Vai lebih memfokuskan diri bereksperimen pada permainan gitarnya dan sekarang ini band Steve Vai ditambah seorang pemain bass yang sudah tidak asing lagi buat fans-fans rock tahun 80-an, Billy Sheehan
.
http://akhndf.wordpress.c

Joe Satriani (Gitaris No.2 Dunia)


Joe “Satch” Satriani (lahir di Westbury, New York, Amerika Serikat, 15 Juli 1956; umur 55 tahun) adalah seorang gitaris dan guru gitar. Ia memulai kariernya sejak umur 12 tahun.
Beberapa muridnya yang telah menjadi terkenal adalah Steve Vai dan Kirk Hammett. Ia terkenal ketika menaruh lagunya di Internet, dan banyak  orang suka lagu yang dia mainkan.
Pada awal karirnya, Satriani bekerja hanya sebagai instruktur gitar saja dengan beberapa mantan muridnya telah mencapai ketenaran dengan kepiawaian gitar mereka, yaitu Steve Vai, Larry LaLonde, Kirk Hammett, Andy Timmons, Charlie Hunter, Kevin Cadogan, Alex Skolnick. Memang Satriani telah menjadi sumber inspirasi para musisi dunia sepanjang karirnya.
Pada tahun 1988, Satriani direkrut oleh Mick Jagger sebagai gitaris untuk tur solo pertama Jagger, namun kemudian, pada tahun 1994, Satriani sempat direkrut sebagai gitaris untuk Deep Purple, kemudian sempat pula bekerjasama dengan berbagai gitaris dari beberapa genre musik, termasuk Steve Vai, John Petrucci, Eric Johnson, Larry LaLonde, Yngwie Malmsteen, Brian May, Patrick Rondat, Andy Timmons, Paul Gilbert, Adrian Legg, dan Robert Fripp melalui konser tahunan Jam Concert G3.
Satriani sangat dipengaruhi oleh gitar blues-rock ikon seperti Jimi Hendrix, Eric Clapton, Jimmy Page, Ritchie Blackmore dan Jeff Beck, namun memiliki gaya tersendiri yang tetap menjadi ciri khasnya dalam memainkan gitar.

http://akhndf.wordpress.com

Yngwe Malmsteen (Gitaris No.3 Dunia)


Yngwie Johann Malmsteen (lahir dengan nama Lars Johan Yngve Lannerbäck lahir di Stockholm, Swedia, 30 Juni 1963; umur 48 tahun)
Yngwie Johann Malmsteen adalah seorang gitaris Swedia, penggubah lagu, ahli berbagai macam instrumen dan pemimpin grupband. Malmsteen menjadi terkenal di era 1980-an karena keahlian teknkal dalam komposisi neo-classical metal, sering dikaitkan dengan kecepatan bermain gitar dengan nanda tinggi, skala pekikan dan skala raungan.[rujukan?] 4 albumnya, sejak 1984 sampai dengan 1988, Rising Force, Marching Out,

http://akhndf.wordpress.com

Paul Gilbert (Gitaris No.4 Dunia)


Nama Lengkap: Paul Brandon Gilbert Website Resmi: Paul Gilbert Tempat/Tgl Lahir: 6 November 1966 di Carbondale Illinois – USA. Group Band Saat Ini: Racer X Group Band Sebelumnya: Racer X, Mr.Big Pengaruh: Eddie Van Halen Pendidikan: Tamatan GIT (Guitar Institute Of Technology) dan Instruktur GIT. Gitar: Ibanez Paul Gilbert Model (PGM) Signature Series Keahlian: Alternate Picking, String Skipping, Arpeggio, dll.
Paul Gilbert merupakan salah satu dewa gitar seperti halnya Steve Vai, Yngwie, John Petrucci lainnya. Sebelumnya Paul dikenal melalui group bandnya Mr.Big, rekaman Mr.Big yang laku keras turut membesarkan nama Paul di dunia musik rock.
Paul sendiri sudah cukup mengegerkan dunia gitaris pada tahun 86-87 sebagai pemain gitar tercepat di dunia ketika Paul masih bergabung dengan group band Racer X. Teknik permainannya telah sempurna saat ia baru menginjak 17 tahun itu.
Pada usia 5 tahun (1971) Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981) Paul coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar dugaanya Mike sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine.
Pada tahun 1984 Paul pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute of Technology) dan kini telah menjadi instruktur sekolah gitar bergengsi ini.
Pada tahun 1986 dia bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya “Street Lethal “, kemudian “Second Heat” (1987) & “Live! Extreme Volume” (1988).
Pada tahun 1989 Paul meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG dengan pemain bass yang disegani “Billy Sheehan”, vocalis Eric Martin dan drummer Pat Torpey.
Mereka meluncurkan album pertamanya “MR.BIG” dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya di Jepang pada bulan Oktober.
Selanjutnya Paul meluncurkan album berikutnya: “Live! Raw Like Sushi” (1990), “Mr Big – Lean into it” (1991), “Mr.Big – San Francisco Live” (1992), “Racer X – Live Extreme Volume 2″ (1992), “Mr.Big – Bump Ahead” (1993), “Mr.Big – Live! Raw Like Sushi 2″ (1994), “HEY MAN” & ” The best of MR.BIG” (1996), “Hard Rock Cafe”, ” Live At Budokan ” & solo ” King of Club” (1997)
Lagu “To Be With You” (dari Album “Lean Into It”) menduduki posisi pertama di majalah Billborad USA selama 3 minggu.
Pada tahun 1998 Paul tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan album solo “Flying Dog”. Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan meluncurkan album solo kedua “Beehive Live” dan album ketiga Racer X “Technical Difficulties”.
Tahun 2003 album Burning Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah naungan Staria Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di Staria, melainkan berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul menggelar promo tur album “Spaceship One” hingga ke Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak artis asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak tertentu.
http://akhndf.wordpress.com

John petrucci (Gitaris No.5 Dunia)


John Petrucci (lahir di Kings Park, Long Island, New York, 12 Juli 1967; umur 44 tahun), adalah gitaris Amerika yang dikenal sebagai anggota pembentuk grup progresif metal Dream Theater. Dia juga seorang produser (bersama teman satu bandnya Mike Portnoy) dari semua album Dream Theater sejak rilis album Scenes From A Memory, pada tahun 1999.
Petrucci besar di Long Island, tepatnya Kings park dimana Petrucci bersama John Myung dan Kevin Moore sekolah di tempat yang sama. Petrucci bermain gitar pertama kali pada saat berumur 8 tahun. Dan mulai bermain dengan sebuah band pada umur 12 tahun. Band dan gitaris yang memengaruhi permainan gitarnya adalah Yngwie Malmsteen, Randy Rhoads, Iron Maiden, Stevie Ray Vaughn, Yes, Rush, Isa Ansyari,Ahmad Risani, Rame Ayip dsb. Karena saat itu sedang berkembang irama metal dan trash, Petrucci menambahkan pengaruhnya pada musik Metallica dan Queensryche. Dia suka musik dangdut,dan suka menyandau di Pembangunan. Ada pun teman yg menemani menyandau Yusuf Tempoe Doeloe. Mantan kekasih Sawang lie Bekung-kung suka sekali makan petai. Rentuak nin rayo puk e.malaysia vler
http://akhndf.wordpress.com

Biografi Felix Mendelssohn Bartholdy | Komponis Musik Prancis



 Felix Mendelssohn Bartholdy | Komponis Musik Prancis | Musisi | Biografi Tokoh Dunia
Felix Mendelssohn Bartholdy
Felix Mendelssohn Bartholdy lahir di Hamburg tanggal 3 Februari 1809 dan meninggal di Leipzig tanggal 4 November 1847. Kakak perempuan Felix, yaitu Fanny Mendelssohn lahir tahun 1805. Seperti halnya Felix, Fanny Mendelssohn juga menjadi komponis. Tahun 1811 lahir adik Felix yang diberi nama Rebecca dan kemudian tahun 1812, Paul Mendelssohn. Mendelssohn adalah komponis gemilang yang sudah mulai berkarya sejak ia berusia 11 tahun. Semasa hidupnya, yang hanya 38 tahun Mendelssohn menciptakan sejumlah besar karya dan berjasa bagi dunia musik.


Masa Kecil (1809-1824)


Karena Hamburg diduduki Perancis, tahun 1811 keluarga Mendelssohn pindah ke Berlin, di mana nenek Felix Mendelssohn tinggal. Di Berlin Felix dan Fanny mendapat pendidikan musik dari ibu mereka, yang menjadi murid Johann Philipp Kirnbergers yang mendalami musik Johann Sebastian Bach. Tahun 1816 Fanny dan Felix berkunjung ke Paris dan mendapat pelajaran musik dari Madam Bigot. Setelah kembali ke Berlin, kedua kakak beradik itu belajar komposisi dan memainkan piano.

Felix Mendelssohn tampil di depan umum untuk pertama kalinya pada usia sembilan tahun, yaitu dengan memainkan piano dalam konser musik kamar atau chamber music, tanggal 24 Oktober 1818. Bulan April tahun 1819 ia tampil sebagai penyanyi di sekolah menyanyi Sing-Akademie di Berlin. Tahun 1820, ketika baru berumur 11 tahun, Felix Mendelsohn mulai membuat komposisi. Dalam waktu satu tahun ia menulis hampir 60 karya musik, antara lain sejumlah lagu, sonata untuk piano, karya musik untuk trio yang terdiri dari dua alat musik gesek dan piano, sonata untuk biola, sejumlah karya musik untuk orgen dan bahkan opera yang terdiri dari tiga bagian. Karya-karya itu kemudian disusul dengan karya-karya lebih besar di tahun 1821.

Tahun 1821, dalam usia 12 tahun Mendelssohn untuk pertama kalinya bertemu dengan pengarang kenamaan Jerman, Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832). Ia menginap di rumah Goethe di Weimar selama 16 hari. Pertemuan dengan Goethe sangat mengesankan bagi Mendelssohn, dan merupakan awal persahabatan mereka. Tahun 1822 Mendelssohn jauh lebih produktif dari di tahun-tahun sebelumnya. Semasa kecil, Felix Mendelssohn dan saudara-saudaranya selalu mengadakan pertunjukan kecil di rumah orang tua mereka, setiap hari Minggu pagi. Felix menjadi pemimpin, sementara Fanny memainkan piano, Rebecca bernyanyi dan Paul memainkan cello. Felix juga menulis karya-karya pendek untuk kesempatan ini.

Masa Remaja (1825-1829)


Tahun 1825, Felix ikut ayahnya, Abraham Mendelssohn ke Paris. Di kota besar itu ia berkenalan dengan dua komponis ternama di jamannya, yaitu Rossini dan Meyerbeer. Ia juga berkenalan dengan komponis Luigi Cherubini, yang mengagumi bakatnya. Namun dari surat-suratnya tampak jelas, bahwa Felix kurang menyukai musik klasik Perancis, tetapi ia memulai persahabatan dengan beberapa orang, yang terus dibina bertahun-tahun.

Bulan Mei 1825 Felix kembali ke Berlin bersama ayahnya. Dalam perjalanan pulang ia singgah di Weimar dan mengunjungi Goethe untuk kedua kalinya. Di rumah Goethe ia memainkan karyanya yang berjudul Quartett in b-Moll, yang dihadiahkannya untuk Goethe. Setelah tiba kembali di Berlin, Abraham Mendelssohn membawa keluarganya pindah ke rumah tua dan besar di jalan Leipziger Straße di Berlin. Di rumah ini untuk pertama kalinya dimainkan bagian pertama (Ouvertüre) dari karya Felix Mendelssohn yang berjudul Sommernachtstraum, atau impian malam musim panas, yang didasari drama komedi karya pujangga Inggris William Shakespeare (1564-1616), yang berjudul A Midsummer Night's Dream. Komposisi ini adalah karya Mendelssohn yang paling terkenal di dunia. Partitur komposisi ini ditandai dengan tulisan tanggal "Berlin, 6 Agustus 1826". Pada saat membuat komposisi mengagumkan ini Felix Mendelssohn baru berusia 17 tahun.

Di samping menulis karya-karya musik, Mendelssohn juga berkuliah di Universitas Berlin. Ia antara lain mengikuti kuliah filsuf terkenal Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Selain itu, Mendelssohn juga mendirikan sebuah paduan suara yang secara khusus mempelajari dan mempagelarkan karya-karya Johann Sebastian Bach. Sebelum dihidupkan kembali oleh Mendelssohn, karya-karya komponis ternama Jerman tersebut hampir tidak dikenal di negaranya sendiri.

Perjalanan Konser Pertama (1829-1832)


April 1829 Felix Mendelssohn untuk pertama kalinya mengadakan perjalanan ke London, di mana ia disambut dengan antusias. Penampilan pertamanya di depan publik Inggris adalah dalam sebuah konser orkestra Philharmonic Society, di mana ia bertindak sebagai dirigen. Tanggal 25 Juni 1829 ia memainkan untuk pertama kalinya di Inggris Ouvertüre dari Sommernachtstraum. Setelah konser, Mendelssohn secara tidak sengaja meninggalkan partitur karyanya itu di sebuah kereta sewaan. Sekembalinya di rumah, ia menulis kembali karya itu dan menghasilkan kopi yang sempurna, sepenuhnya hanya berdasarkan ingatan.

Setelah serangkaian konser, Mendelssohn melanjutkan perjalanan ke Skotlandia, di mana ia mendapat inspirasi untuk karyanya yang berjudul Hebriden-Ouvertüre dan Schottische Sinfonie atau Simfoni Skotlandia. Akhir November 1829 ia kembali ke Berlin. Bulan Mei tahun 1830 Mendelssohn mengadakan perjalanan ke Italia. Dalam perjalanan ia singgah dua pekan di Weimar dan mengunjungi Goethe.

Dalam perjalanan pulang dari Roma, Oktober 1831 ia singgah di München, di mana ia menulis sebuah karya untuk piano yang berjudul Klavierkonzert g-Moll. Setelah singgah di Stuttgart, Frankfurt am Main dan Düsseldorf, akhirnya Mendelssohn bertolak ke Paris dan menjumpai orang-orang yang dikenalnya saat berkunjung tahun 1825. Ketika itu ia berhubungan erat dengan dua komponis ternama lain Eropa, yaitu Franz Liszt dan Frédéric Chopin. Tanggal 19 Februari 1832 bagian pertama Sommernachtstraum dan sejumlah karya lainnya ditampilkan di gedung Conservatoire. Tetapi tidak semua karyanya mendapat sambutan hangat. Perjalanannya ini kemudian terpaksa dipersingkat karena ia tertular penyakit Kolera. Bulan Maret 1832 Mendelssohn kembali ke Berlin.

Mendelssohn sembuh dari Kolera dalam waktu singkat. Tanggal 23 April 1832 ia berkunjung lagi ke London. Ia memimpin sejumlah konser dan mempublikasikan bagian pertama kumpulan lagunya yang berjudul Lieder ohne Worte atau lagu-lagu tanpa kata-kata. Bulan Juli 1832 ia kembali ke Berlin.

Periode 1832-1835


Felix Mendelssohn memutuskan untuk tidak bekerja secara tetap di posisi manapun selama beberapa tahun. Awal tahun 1833 ia kembali berkunjung ke London. Kali ini ia memimpin konser karyanya yang berjudul Italienische Sinfonie atau Simfoni Italia. Tanggal 26 Mei 1833 ia memainkan karya itu dalam festival musik di kota Düsseldorf, Niederrheinisches Musikfest. Konser tersebut sangat sukses, sehingga pemerintah kota Düsseldorf langsung menawarkan posisi direktur musik kota tersebut. Posisi itu mencakup sejumlah tugas, yaitu memimpin musik di semua gereja terbesar, di teater dan di dua gedung pertunjukan.

Sebelum memangku posisi tersebut, Mendelssohn kembali berkunjung ke London bersama ayahnya, dan kembali ke Düsseldorf tanggal 27 September 1833. Pekerjaannya di gereja dan gedung konser berjalan lancar, tetapi hubungannya dengan menejer teater tidak berjalan mulus. Kemungkinan karena alasan itu Mendelssohn kemudian lebih mengutamakan musik gereja daripada opera. Di Düsseldorf ia mulai menulis karya bermotif agama yang pertama dengan judul Paulus Oratorium, yang menceritakan kehidupan rasul Paulus. Posisi direktur musik di Düsseldorf mungkin akan dipertahankannya lebih lama, jika saja ia tidak mendapat tawaran untuk menjadi pemimpin tetap gedung konser Gewandhaus di Leipzig.

Leipzig (1835-1841)


Agustus 1835 Mendelssohn pindah ke Leipzig dan memimpin konser pertama tanggal 4 Oktober yang memainkan karya berjudul Meeresstille und Glückliche Fahrt atau tenangnya laut dan perjalanan yang membahagiakan. Dibanding karya-karyanya yang lain, komposisi ini sekarang kurang disukai orang. Konser-konsernya di Gewandhaus mendapat pujian luar biasa, sehingga ia mendapat penghargaan honoris causa di bidang filsafat tanggal 20 Maret 1836.

Tahun 1837 sangat membahagiakan bagi Felix Mendelssohn. Tanggal 28 Maret 1837 ia menikah dengan Cécile Charlotte Sophie Jeanrenaud. Ia berkenalan dengan Cécile di Frankfurt am Main saat musim panas 1836. Dari perkawinannya Mendelssohn mempunyai lima anak. Masa-masa bulan madunya belum lama lewat ketika ia sudah kembali mendapat panggilan ke Inggris, di mana ia harus memimpin konser Paulus Oratorium dalam festival musik Birmingham. Dalam perjalanan kali ini ia memainkan orgen di gereja St. Paul dan Christ Church. Dengan permainannya itu, ia menanamkan pengaruh besar atas organis-organis Inggris. Di Inggris ia mulai merencanakan Oratorium berikutnya, yang berjudul Elias.

Tahun-Tahun Terakhir di Leipzig

Ruang kerja Mendelssohn di rumahnya di LeipzigBildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Ruang kerja Mendelssohn di rumahnya di Leipzig

Tahun 1843 Mendelssohn mendirikan sekolah tinggi musik pertama di Jerman, Conservatorium di Leipzig, yang diresmikan tanggal 3 April di gedung pertunjukan Gewandhaus. Di tahun yang sama ia diangkat menjadi warga kehormatan kota Leipzig. Tahun 1844 ia memimpin sejumlah konser simfoni di London dan memainkan musik dari karyanya Sommernachtstraum.

Setelah berkunjung singkat ke Frankfurt am Main, September 1845 Mendelssohn kembali ke Leipzig. Ia kembali menjalankan tugasnya dan mengajar di sekolah tinggi musik. Tanggal 26 Agustus 1846 karyanya Elias Oratorium dipagelarkan di festival Birmingham dan mendapat sambutan sangat antusias. Ia kembali ke Leipzig dan kembali bekerja seperti biasa. Tetapi kesehatannya mulai terganggu. Tahun 1847 Mendelssohn mengadakan perjalanan ke sepuluh dan yang terakhir ke Inggris, yaitu untuk memimpin permainan Elias Oratorim di Exeter Hall, di Manchester dan Birmingham.

Setelah kembali dari Inggris, berita meninggalnya kakaknya Fanny menjadi pukulan berat bagi Felix Mendelssohn. Ia menarik diri dari masyarakat umum, serta berlibur selama berbulan-bulan di Swiss dan Jerman Selatan. Tanggal 28 Oktober ia menderita stroke di Leipzig. Setelah stroke kedua tanggal 3 November, Mendelssohn berada dalam keadaan koma dan meninggal sehari setelahnya, dalam usia 38 tahun. Rumah kediamannya di jalan Goldschmidtstraße 12 di Leipzig kini menjadi museum Mendelssohn-Haus, dan menjadi salah satu tempat bersejarah di Jerman.

Referensi :

- http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3997879_page_2,00.html

Biografi Ludwig van Beethoven

Ludwig van Beethoven keluar jadi jabang bayi tahun 1770 di kota Bonn, Jerman. Semasa kanak-kanak sudah tampak jelas bakat musiknya yang luar biasa dan buku musik ciptaannya muncul pertama kali tahun 1783. Di usia remaja dia berkunjung ke Wina dan diperkenalkan kepada Mozart tetapi perjumpaan keduanya berlangsung singkat. Tahun 1792 Beethoven kembali ke Wina dan sebentar dia belajar musik dengan Haydn yang kala itu pencipta musik Wina kesohor (Mozart mati setahun sebelumnya).

Beethoven menetap di Wina, Mekkahnya musik waktu itu, selama sisa hidupnya. Rasa musik Beethoven yang tinggi selaku pemain piano mengesankan tiap pendengamya dan dia berhasil baik selaku pemain maupun guru. Segera dia menjadi pencipta musik yang produktif juga. Karyanya dapat sambutan baik. Sejak umur pertengahan dua puluhan ke atas, dia sudah mampu menerbitkan dan menjual buku ciptaan musiknya tanpa kesulitan apa pun.
42. LUDWIG VAN BEETHOVEN (1770-1827)
Ketika Beethoven berumur di ujung dua puluhan, tanda-tanda ketuliannya mulai tampak. Tak pelak lagi gejala ini amat merisaukan si komponis muda. Tuli buat seorang pencipta musik betul-betul suatu malapetaka. Suatu ketika timbul keinginannya mau bunuh diri saja.

Tahun-tahun antara 1802-1815 sering dianggap masa pertengahan karier Beethoven. Pada masa istirahat itu, akibat ketuliannya menghebat, dia mulai mundur dari pergaulan masyarakat. Ketunarunguannya ini membuat orang punya kesan tidak yakin bahwa Beethoven memang betul-betul anti manusia, anti masyarakat, benci bergaul. Dia terlibat dengan percintaan yang kerap dengan gadis-gadis muda tetapi tampaknya semua hubungan ini berakhir tak bahagia dan tak pernah beristeri.

Karya musik Beethoven sendiri menggila produktifnya. Tahun-tahun terus berjalan namun perhatian yang diterimanya makin lama makin susut yang mestinya populer buat seorang komponis seperti dia di jaman itu. Tetapi, kesuksesannya menanjak terus.

Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik, "Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu."

Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi -- dalam ketuliannya itu-- terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang memukau dan brilian.
Tetapi, kenyataan lebih mengherankan lagi ketimbang yang dibayangkan dalam masa tahun-tahun ketulian totalnya, Beethoven melakukan ciptaan tidak sekedar setarap dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan umumnya dianggap merupakan hasil karya terbesarnya. Dia meninggal di Wina tahun 1827 pada usia lima puluh tujuh tahun.

Karya Beethoven yang banyak itu termasuk 9 simfoni, 32 sonata piano, 5 piano concerto, 10 sonata untuk piano dan biola, serangkaian kuartet gesek yang menakjubkan, musik vokal, musik teater, dan banyak lagi. Tetapi, yang lebih penting dari jumlah ciptaannya adalah segi kualitasnya. Karyanya merupakan kombinasi luar biasa dari kedalaman perasaan dengan kesempurnaan tata rencana. Beethoven memperagakan bahwa musik instrumental tak bisa lagi dianggap cuma punya nilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang disusunnya yang telah mengangkat musik instrumental itu ke tingkat nilai seni yang amat tinggi.
Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal yang jempolan dan banyak perubahan-perubahan yang dilakukan dan diperkenalkannya mempunyai pengaruh yang abadi. Dia memperluas ukuran sebuah orkestra. Dia menambah panjangnya simfoni dan memperluas daya jangkaunya. Dengan mendemonstrasikan kemungkinan yang hampir tak terbatas yang bisa dihasilkan oleh piano, dia membantu menjadikan piano itu instrumen musik yang paling terkemuka. Beethoven membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik dan karyanya merupakan sumber ilham untuk gaya romantik.

Dia menanamkan daya pengaruh yang menghunjam pada diri komponis-komponis yang muncul belakangan, termasuk tokoh-tokoh yang memiliki gaya berbeda seperti Brahms, Wagner, Schubert dan Tchaikovsky. Dia juga merintis jalan buat Berlioz, Gustav Mahler, Richard Strauss dan banyak lagi lainnya.

Nyata benar, Beethoven mesti ditempatkan di atas musikus mana pun dalam daftar urutan buku ini. Meski Johann Sebastian Bach nyaris punya keistimewaan setara, karya Beethoven lebih luas dan lebih sering didengar ketimbang ciptaan Bach. Lebih dari itu, sejumlah penyempurnaan yang dilakukan Beethoven lebih punya pengaruh mendalam terhadap perkembangan musik selanjutnya ketimbang hasil karya Bach.

Secara umum, ide etik dan politik lebih gampang dijabarkan dengan kata-kata daripada musik dan kesusasteraan. Punya ruang lingkup pengaruh yang lebih luas dari pada musik. Atas dasar pertimbangan inilah Beethoven --meski tokoh jempolan dalam sejarah musik-- ditempatkan dalam urutan lebih rendah ketimbang Shakespeare. Dalam hal membandingkan antara Beethoven dan Michelangelo, saya amat terpengaruh dengan kenyataan bahwa umumnya orang lebih banyak gunakan waktu mendengarkan musik daripada memandang lukisan atau patung pahatan, dan atas dasar alasan ini pula saya pikir komponis-komponis musik umumnya lebih berpengaruh dibanding pelukis atau pemahat yang kemasyhurannya dalam lapangan masing-masing setara. Walhasil, tampaknya cukup layak menempatkan Beethoven pada urutan antara Shakespeare dan Michelangelo.

Web:
http://media.isnet.org/iptek/100/index.html

Sabtu, 26 Januari 2013


 

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA


Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda – menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).
Sumber : http://syafii.wordpress.com/2007/05/11/sejarah-islam-di-indonesia/

gambar